Senin, 19 November 2012

Orang Kudus 19 November: St. Rafael Kalinowski

SANTO RAFAEL KALINOWSKI, PENGAKU IMAN
Santo Rafael Kalinowski adalah seorang biarawan dan imam Karmelit tak Berkasut. Ia dikanonisasi pada 17 November 1991 oleh Paus Yohanes Paulus II di Basilika St. Petrus, Vatikan. Santo Rafael Kalinowski dihormati karena kekudusannya selama ia hidup. Ia dikenal sebagai seorang yang setia memperjuangkan persatuan Gereja, ia juga dihormati sebagai seorang bapa pengakuan yang bijaksana dan penuh kasih.
Masa Kecil Hingga Remaja
Rafael Kalinowski dilahirkan dalam sebuah keluarga bangsawan yang taat beribadah. Ia dilahirkan dengan nama Joseph Kalinowski pada 1 September 1835 di kota Vilna, Lithuania (Polandia). Ayahnya bernama Andrew Kalinowski, sedangkan sang ibu bernama Josepha Poionska Kalinowski. Andrew Kalinowski adalah seorang guru matematika di sebuah sekolah untuk bangsawan. Joseph kecil tumbuh dan berkembang dalam keluarga yang harmonis. Orangtuanya sangat mengasihi dia dan sejak kecil ia telah dididik dalam iman katolik yang kuat. Semasa kecil Joseph belajar di rumah sampai usia sembilan tahun. Setelah itu orangtuanya memasukkan dia ke sebuah sekolah untuk bangsawan tempat dimana ayahnya mengajar.
Joseph yang memiliki otak cerdas itu lulus pada tahun 1850 dengan nilai yang sempurna. Karena ia tumbuh dalam keluarga katolik yang taat dan saleh, pada masa kecilnya Joseph sudah mulai merasakan adanya panggilan khusus dalam dirinya. Ia merasa terpanggil untuk mengabdikan hidupnya sebagai seorang imam dan melayani Tuhan dan sesama. Niat dan pikiran itu kemudian disampaikannya kepada orangtuanya. Mendengar hal itu, sang ayah kemudian memberikan nasehat supaya ia belajar terlebih dahulu dan melanjutkan kuliahnya. Joseph yang taat dan hormat kepada orangtuanya mengikuti nasehat sang ayah.
Masa Kuliah dan Penugasan
Pada masa itu untuk mencari universitas adalah hal yang tidak mudah bagi seorang Polandia. Ketika Rusia merebut Polandia dan Lithuania tahun 1795, pemerintahan Rusia menutup semua universitas Polandia dan satu-satunya universitas yang ada adalah Universitas Rusia. Akhirnya pada tahun 1851 Joseph kemudian memilih Institut Agronomi di Hory-Horki. Di sini ia belajar tentang ilmu kimia, pertanian dan perkembang-biakan lebah. Setelah beberapa waktu belajar, Joseph merasa bahwa ilmu tersebut bukan merupakan bidangnya, karena ternyata ia mempunyai talenta yang sama seperti sang ayah. Menyadari hal itu, akhirnya pada tahun 1853 Joseph pun segera beralih ke Akedemi Teknik Militer Rusia Nicholayev di St. Petrburgs. Ia masuk ke akademi ini bersama dengan seorang sepupunya, Lucian Polonski.
Tahun 1856 Joseph lulus dengan jabatan letnan. Tahun 1857 dia juga ditunjuk sebagai asisten dosen matematika di akademi tersebut. Setahun kemudian ia dikirim untuk mengawasi pembangunan jalan kereta api antara Kursk, Kiev dan Odessa. Proyek pembangunan jalan kereta api ini terhenti dan tertunda pada tahun 1860. Letnan Joseph kemudian ditugaskan kembali ke benteng di Brest Litosk. Karena pekerjaannya yang baik dan pribadinya yang dewasa, pada tahun 1962 Joseph dipromosikan sebagai kapten dalam kepemimpinan staf umum.
Selama tiga tahun Joseph bertugas di benteng dan ia merasakan saat-saat yang menggelisahkan; ia merasa ada sesuatu yang kurang. Akhirnya, ia kemudian memulai mengajar sekolah minggu Katolik. Hal ini menyenangkan hatinya dan karena kepeduliannya yang amat tinggi kepada sesama, lebih-lebih yang menderita dan miskin maka Joseph pun mulai mengurangi dan membatasi pengeluaran biasa untuk kepentingannya sendiri, sehingga ia bisa membantu kaum miskin di daerah itu.
Masa Revolusi dan Pemberontakan
Tahun 1863, rakyat Polandia mulai bangkit untuk melawan penindasan Rusia. Saat itu Joseph berada di posisi yang sulit. Dia tahu dan sadar bahwa pemberontakan dan revolusi akan mendatangkan banyak kerusakan dan kerugian di berbagai tempat, namun di lain pihak ia juga menyetujui tujuan dari revolusi itu untuk membebaskan rakyat Polandia dari penindasan Rusia. Joseph berpikir jika ia ikut dalam gerakan revolusi, mungkin ia dapat membantu untuk membatasi dan mengurangi kerusakan yang akan terjadi. Karena pertimbangan ini maka ia pun memutuskan untuk keluar dari kesatuan militer Rusia dan bergabung dengan para pemberontak Polandia.
Joseph pun meninggalkan Brest dan pergi menuju Warsawa. Di sini Joseph diminta oleh dewan nasional untuk memimpin gerakan revolusi dan menjadi duta perang melawan Rusia untuk regio Vilna. Joseph yang sangat mencintai tanah airnya sehingga menerima tugas itu, walaupun dia sadar bahwa pembenrontakan akan menimbulkan banyak kerugian. Dalam tugasnya kemudian Joseph mengatakan bahwa ia tidak akan pernah menjatuhkan hukuman mati bagi siapapun.
Dengan keikut-sertaannya dalam gerakan revolusi, maka Joseph kemudian pergi ke Vilna dan membangun markas besar di rumahnya sendiri yang tidak diketahui oleh orang lain. Di sini Joseph berusaha untuk semakin mendekatkan dirinya kepada Tuhan. Setiap hari ia pergi ke gereja, juga berdoa melalui perantaraan Bunda Maria. Ia memohon rahmat dan kekuatan dalam menjalani tugasnya sebagai duta perang.
Masa revolusi itu pun berjalan dan seperti yang telah diperkirakan, satu per satu para pemimpin revolusi ditahan oleh orang-orang Rusia, diadili dan digantung di tengah-tengah kota. Mereka yang tertangkap dimasukkan ke dalam penjara yang dulunya adalah sebuah biara Dominikan. Joseph dengan gigihnya berusaha menyelamatkan mereka. Melihat keberaniannya, orang-orang Rusia pun mulai mengawasi gerak gerik Joseph. Akhirnya pada Maret 1864 mereka menangkap Joseph dan memenjarakannya.
Selama dalam penjara, Joseph menulis dalam riwayat hidupnya: “Saya bangun setiap pagi pukul lima dan hal pertama yang terpikir olehku adalah doa kemudian meditasi. Ketika saya membaca buku meditasi, saya mendapatkan banyak penghiburan. Setiap hari saya dapat mendengarkan misa dari kejauhan. Jendela sel saya menghadap ke arah kebun yang merupakan sebuah alun-alun dan di seberangnya terletak Gereja Roh Kudus, tempat misa diadakan setiap pagi. Saya kemudian membuka jendela sedikit dan saya pun dapat mengikuti seluruh perayaan ekaristi kudus itu.”
Selama 3 bulan berikutnya pemerintah Murawiew menjatuhkan hukuman mati untuk prejuang yang berani itu, namun karena Joseph sangat dikenal dan mungkin akan mendapat sebutan martir jika dihukum mati, maka kemudian mereka mengubah hukumannya menjadi penjara 10 tahun kerja paksa di Siberia Timur.
Masa Hukuman dn Pembuangan
Pada 29 Juni 1964 Joseph dikirim ke tempat pembuangan dan hukuman di Siberia. Ia pergi dengan berjalan kaki sampai di pertambangan Usolje-Sibirskoje pada 15 April 1865. Ia tinggal di sana sampai tahun 1868 dan pada tahun yang sama ia mendapat keringanan hukuman untuk meninggalkan daerah pembuangan. Ia kemudian dikirim ke Irkutsk dekat danau Bajkal di daerah perbatasan Mongolia. Di sinilah ia kemudian mengalami perubahan yang sangat besar dalam imannya. Joseph mulai melakukan karya-karya karasulannya, walaupun ia mendapat banyak sekali penindasan yang membuatnya menderita, baik fisik maupun batin. Namun hal itu justru semakin membawanya untuk berserah pada Tuhan. Hubungan Joseph dengan Tuhan pun semakin diperbaharui, semua penderitaan itu membuatnya semakin merasakan persatuan yang indah dengan Tuhan. Joseph yang senantiasa mewarnai hidupnya dengan doa terus menerus membawa dampak yang baik bagi sesama tawanan di sana. Mereka begitu senang dengan kehadiran Joseph di antara mereka dan sering kali dalam doanya, mereka berseru, “Dengan perantaraan doa-doa Joseph Kalinowski, bebaskanlah kami ya Tuhan.”
Tahun-tahunnya di Siberia dan di pembuangan adalah masa-masa penuh rahmat bagi Joseph. Ia menunjukkan diri sebagai seorang pelayan Tuhan yang baik bagi sesamanya. Joseph senantiasa menyediakan waktu untuk memberikan penghiburan bagi para tawanan dan orang-orang buangan di sana, ia menjadi seorang pembimbing rohani yang bijaksana, memberikan kekuatan melalui doa-doanya. Joseph yang amat mengasihi Bunda Maria juga tidak pernah meninggalkan devosinya kepada Sang Perawan Suci. Ia percaya Bunda Maria senantiasa mendengarkan seruan anaknya dan menolong mereka.
Di tempat pembuangan ini Joseph berteman dengan seorang imam kapusin yang bernama Wencelaus Novakowski, OFM Cap. Bersama dengan imam ini, Joseph kemudian mempersiapkan anak-anak para tawanan yang beragama katolik untuk menerima komuni pertama. Joseph dengan sabar dan penuh kasih mengajar mereka. Sementara itu Joseph menyadari panggilan Tuhan yang pernah dirasakannya semasa kecil saat itu semakin tumbuh subur dan kuat. Panggilan Tuhan itu dirasakannya begitu indah dan kemudian ia pun memutuskan untuk masuk ke dalam sebuah biara untuk menjadi seorang imam.
Masa Pembebasan, Menjadi Seorang Guru
Selama masa 10 tahun penderitaan itu Joseph tidak pernah sekalipun meninggalkan meditasi dan doanya. Pada bulan April 1874 Joseph dibebaskan. Pada hari pembebasannya itu, ia pertama-tama pulang ke rumahnya di Vilna, kemudian pergi ke Warsawa dan tinggal di sana dekat dengan Gabriel, saudaranya. Dari jendela rumahnya Joseph dapat melihat gereja dan biara para frater Karmelit tak Berkasut.
Saat itu seorang temannya semasa di pembuangan, Allesandro Oskierko menawarkan kepada Joseph pekerjaan sebagai guru dan pembimbing bagi Pangeran Muda Augustus Czartoryski. Joseph menerima tawaran itu dan kemudian selama 3 tahun ia pun menjadi guru dan pembimbing. Pada 23 Oktober 1874 Joseph bersama Gucio (nama kecil Pangeran August) pergi ke Paris dan tinggal di sana. Selama tahun-tahun itu Joseph membimbing Gucio. Ia melihat bahwa Gucio adalah seorang pemuda yang pandai namun sayangnya tubuhnya sangat lemah karena sakit. Selama itu Joseph memainkan peran sebagai ayah, ibu, kakak, teman, dan perawat bagi Gucio. Dia melakukan semua itu dengan penuh perhatian dan kasih. Joseph menemani Gucio selama perjalanannya di Perancis, Polandia dan Italia, membimbing dia dengan kata-kata dan teladan hidup sebagai seorang katolik.
Selama di Paris, Joseph ikut serta dalam kegiatan sosial, bekerja bagi para pengungsi Polandia. Joseph kemudian bertemu dengan seorang imam Karmelit tak Berkasut, Augustine Mary dari Sakramen mahakudus. Joseph sangat mengagumi bakat musik imam ini dan terutama kehidupan rohaninya yang mendalam.
Menjadi Seorang Karmelit dan Imam
Sementara itu, keinginannya untuk meninggalkan segala sesuatu dan mengabdikan hidupnya bagi Tuhan semakin kuat. Panggilan menjadi seorang religius semakin matang dan akhirnya pada musim panas tahun 1876 ketika ia berada di Davos, Switzerland bersama Gucio, Joseph membuat keputusan untuk mengubah seluruh kehidupannya. Joseph memutuskan untuk menjadi seorang karmelit tak Berkasut. Ia didukung dan didoakan oleh Witoldowa Grocholska Czartoryska, bibi dari Gucio, dan juga seorang biarawati Karmel yang bernama Sr. Mary Xavier da Jesu. Dengan segala dukungan itu Joseph semakin mantap akan pilihan hidupnya.
Pada Juli 1877 Joseph akhirnya meninggalkan kehidupan duniawi dan tepat pada 14 Juli ia masuk ke sebuah biara Karmel tak Berkasut di Linz, Austria. Tidak diingkarinya bahwa ada rasa sedih juga ketika harus berpisah dengan Gucio yang telah dibimbingnya beberapa tahun. Di kemudian hari Gucio bertemu dengan St. Don Bosco dan akhirnya menjadi seorang Salesian pada tahun 1887 dan meninggal dunia pada tahun 1893.
Tanggal 15 Juli 1877 Joseph pergi ke Grazz dan memulai masa novisiatnya. Saat itu Joseph berusia 42 tahun dan pada 26 November 1877 ia mendapat nama biara yaitu Rafael dari Joseph Kalinowski. Dia mengucapkan kaul pertamanya setahun kemudian, setelah itu ia dikirim ke Hungaria untuk belajar filsafat dan teologi. Bulan November 1881 Joseph mengucapkan kaul kekalnya dan kemudian ia dipindahkan ke Polandia ke sebuah biara tua di daerah Czerna. Di sini ia menyelesaikan studi teologinya dan akhirnya menerima tahbisan imamat pada 15 Januaroi 1882 oleh Uskup Krakow Albin Dunajewski.
Setelah pentahbisannya sebagai seorang imam, Rafael ditunjuk untuk menjadi pembimbing novis, dan kemudian tahun 1883 ia menjadi pimpinan biara di Czerna. Selain itu Rafael juga menjadi anggota dewan propinsi dan pimpinan bagi para suster Karmel tak Berkasut dari biara di Krakow. Rafael juga dengan penuh kesabaran selalu menerima mereka yang datang untuk mengaku dosa. Ia sangat menaruh perhatian pada sakramen pengakuan dosa. Karena perhatiannya ini maka di kemudian hari ia mendapat sebutan sebagai “martir pengakuan dosa”, seorang Bapa Pengakuan yang penuh perhatian dan bijaksana.
Rafael yang begitu bersemangat dalam pengabdian dan pelayanannya itu kemudian juga mendirikan biara-biara Karmel untuk para suster. Atas segala usahanya akhirnya pada 1884 sebuah biara Karmel Teresian berdiri di Przemysl dan pada 1888 di Leopoli (Ukraina). Kemudian tahun 1990 Rafael menjadi Vikaris Provinsi dari semua biara-biara itu.
Di kemudian hari, ketika biara para frater Karmel tak Berkasut yang tadinya eksis di Berdyczow, Rusia dan Lublin hampir mati, Rafael mendirikan sebuah biara baru di Wadowice tahun 1892. Dia juga membangun sebuah gereja, pusat spiritualitas dan juga menjadi sebuah seminari yang membantu mengembangkan panggilan bagi kaum muda.
Tahun-tahun Terakhir
Rafael dengan penuh semangat dan cinta terus memberikan dirinya dalam pelayanan bagi Tuhan dan sesama. Dia yang memancarkan kasih Tuhan itu sangat dikenal dan dikasihi oleh semua orang. Dia menyediakan waktunya untuk membimbing para pemuda dalam seminari yang dibangunnya. Dia juga tidak hentinya berdoa bagi persatuan seluruh Gereja di dunia. Pada tahun 1904 atas perintah dari superiornya, Rafael mulai menulis riwayat hidupnya.
Pada 15 November 1907 di Wadowwice Rafael meninggal dunia karena sakit TBC. Ia meninggal dalam keadaan damai dan tenang. Berita kematiannya dengan cepat tersebar dimana-mana, dan ribuah orang datang untuk menghormati pria yang telah diramalkan akan menjadi santo. Jenasah Rafael kemudian dipindahkan ke makam biara di Czerna, Krakow.
Pada tahun 1983, oleh Paus Yohanes Paulus II dia dibeatifikasi, dan pada tahun 1991 ia dikanoniasi menjadi seorang kudus: Rafael Kalinowski. Pestanya diperingati setiap tanggal 19 November.
Teladan-teladan Hidupnya
Kehidupan rohani Rafael telah dimulai sejak dini dan secara terus menerus semakin berkembang dan berbuah. Sejak ia menyadari panggilan dalam Karmel, ia adalah seorang Karmelit tak Berkasut yang senantiasa bersatu dengan Tuhan. Ia adalah seorang insan Allah dan selalu hidup dalam persatuan yang mesra dengan Allah. Dia adalah seorang pendoa yang tidak pernah berhenti mengingatkan para karmel yang lain bahwa kewajiban utama seorang karmel adalah untuk melibatkan Tuhan dalam segala sesuatu. Artinya, bahwa dalam segala hal, segala pekerjaan dan aktivitas, semua harus diawali dengan doa dan untuk seterusnya membawa Tuhan di dalamnya. Untuk itu, maka Rafael ingin membaharui kehidupan para suster Karmelit Teresian di Polandia. Ia ingin menekankan dasar-dasar pokok dalam kehidupan seorang karmelit, yaitu doa, kesederhanaan dalam materi dan silentium.
Selain itu ia juga menekankan hal penting lainnya yaitu, devosi dan kecintaan kepada Bunda Maria. Dia selalu mengingat Bunda Maria dalam tiap-tiap doanya, ia merasa bahwa Bunda Maria selalu mendengarkan dia dan menjadi perantara kepada Sang Putera Ilahi. Rafael mengatakan kepada para suster dan fraternya bahwa menghormati Sang Perawan Suci adalah salah satu yang utama juga. Kita mengasihi dia dan meneladan keutamaan-keutamaannya, yaitu kesuciannya terutama kerendahan hati dan kesetiaannya dalam doa, serta iman dan penyerahan dirinya kepada Tuhan. Sebagai pengungkapan rasa cintanya kepada Bunda Maria, Rafael kemudian menulis 2 buku kecil tentang Maria.
Rafael adalah orang yang bijaksana. Ia dikenal sebagai seorang pembimbing rohani ulung. Banyak orang dari berbagai tempat datang untuk meminta nasehat dan bimbingannya. Mereka datang karena mendengar tentang kekudusan pastor yang satu ini. Rafael senantiasa mengambil kata-kata dari St. Paulus dalam Galatia 5: 22: “...., kasih, sukacita, damai ...” Dalam bimbingannya Rafael selalu menunjukkan kasih dan perhatiannya yang besar, kata-kata yang diucapkannya memberikan ketenangan dan kedamaian bagi setiap orang yang datang, bahkan mereka yang bukan beragama katolik pun dapat merasakan kesuciannya. Dalam hal ini ia selalu mengingatkan para fraternya bahwa misi mereka adalah berdoa dan bekerja untuk persatuan Gereja dan bagi perubahan Rusia.
Sebagai seorang pembimbing rohani yang ulung, Rafael juga dikenal sebagai Bapa Pengakuan yang baik. Ia dengan sukacita selalu menunggu setiap orang yang ingin mengaku dosa. Ia merasa bahwa sakramen ini adalah salah satu yang terpenting karena dengan Sakramen Pengakuan Dosa maka hubungan kita dengan Tuhan yang rusak akibat dosa dipulihkan kembali. Ia adalah seorang “martir pengakuan dosa”.

Rafael menjadi salah satu dari sekian banyak para kudus yang telah mewarnai kehidupan Gereja Katolik. Dengan kekudusannya itu ia menjadi perantara bagi banyak orang kepada Allah. Sejak kematiannya banyak kesaksian yang mengatakan bahwa doa yang dipanjatkan melalui perantaraannya seringkali terkabulkan. Kesucian dan kekudusan Rafael telah dimulainya sejak ia masih hidup dan semakin nyata terlihat ketika ia telah meninggal dunia. Biarlah dengan bantuan doanya kita pun berusaha untuk mencapai kekudusan sejak dalam hidup di dunia ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar