Jumat, 21 Desember 2012

Orang Kudus 21 Desember: St. Petrus Kanisius

Santo petrus kanisius, pengaku iman & pujangga gereja
Tidak banyak orang dianugerahi karisma yang begitu besar seperti Petrus Kanisius. Karismanya terletak pada pandangannya yang meluncur jauh ke depan, menguak dan menyingkap kebutuhan zaman dan Gereja sepanjang masa... terutama di bidang pendidikan dan penerbitan. Ia lahir di Nijmegen, negeri Belanda, pada 8 Mei 1521. Pada waktu itu Nijmegen merupakan bagian dari keuskupan Agung Koln yang masih di bawah pengawasan Jerman. Petrus Kanisius adalah putera sulung bapak Yakob Kanis, pengasuh putera-puteri bangsawan Lorranine dan Walikota Nijmegen. Karena kecerdasan otaknya maka sudah sejak umur 15 tahun ia belajar di Universitas Koln. Pada umur 19 tahun ia masuk Serikat Yesus. Semasa hidupnya ia menyaksikan pergolakan hebat di dalam Gereja, yaitu perpecahan di antara umat kristen yang disebabkan protestanisme.

Kesucian dan kariernya sangat kuat dipengaruhi oleh Petrus Faber dan Ignatius Loyola. Ia bertemu dengan Petrus Faber dalam sebuah retret. Sedangkan pengaruh dari Ignatius Loyola didapatnya karena selama 6 bulan di Roma dia tinggal bersama Ignatius. Ia ikut sambil bagian dalam mendirikan rumah biara Yesuit di Koln, tempat ia menjalani masa novisiatnya. Pada tahun 1546 ia ditahbiskan imam. Dalam waktu singkat ia segera terkenal sebagai seorang pengkotbah ulung. Pada Konsili Trente ia terpilih sebagai peserta dari kalangan ahli teologi.

Pada tahun 1548 ia mengajar retorika di sebuah kolese Yesuit di Messina; dari Messina ia pindah ke Winna untuk tugas yang sama. Lewat kotbah dan pengajaran agamanya yang mengagumkan ia menanamkan pengaruhnya yang sangat besar di semua kalangan sehingga membuat iri pihak protestan. Ia mengatakan bahwa cara terbaik untuk menyebarkan iman ialah dengan doa dan kerja keras, bukan dengan mencemoohi agama lain. Tiga kali ia ditawari jabatan uskup oleh raja, tetapi ia menolaknya. Baru pada tahun 1557 ia ditunjuk oleh Ignatius menjadi administrator pada taktah keuskupan yang sedang kosong. Di masa itu ia banyak menulis buku-buku pelajaran agama (katekismus), mendirikan sekolah dasar, kolese dan seminari. Dengan tekun dan rajin ia mengajar, berkotbah dan menguatkan iman para rohaniwan yang mengalami krisis dalam menghayati panggilannya. Ia mempunyai keyakinan bahwa berkarya di tanah airnya sendiri tidak kalah dengan bertugas sebagai misionaris di tanah asing. Pandangannya jauh ke depan; maka di samping pendidikan, ia juga memelopori karya penerbitan buku-buku. Ia meninggal dunia pada 21 Desember 1597 dalam usia 78 tahun ketika sedang bertugas di Fribourg, Switzerland. Oleh Paus Pius XI (1922 – 1939) ia digelari ‘santo’ dan pujangga Gereja dan dianggap sebagai Rasul Jerman Kedua

Sumber: Orang Kudus Sepanjang Tahun

Tidak ada komentar:

Posting Komentar