Kamis, 10 Januari 2013

Orang Kudus 10 Januari: St. Gregorius X

SANTO GREGORIUS X, PAUS & MARTIR
Gregorius X, nama kepausan dari Teobaldo Visconti, lahir di Piacenza, Italia, pada tahun 1210. Ia terpilih sebagai paus menggantikan Paus Klemens IV (1265 – 1268), tatkala ia sedang berada di tanah suci dalam suatu perjalanan misi yang penting.

Sebelum menjadi paus, Teobaldo Visconti menjabat sebagai pembantuu Kardinal Yakopo Pecoraria dari Palestina dan pernah menjadi utusan Paus Gregorius IX dalam suatu misi ke Perancis dan Inggris. Sepeninggal Kardinal Pecoraria, Teobaldo Visconti belajar di Paris. Kemudian pada tahun 1265, atas rekomendasi Paus Klemens IV, ia menemui Kardinal Ottoboni Fieschi – yang kemudian menjadi Paus Adrianus V pada tahun 1276 – dalam suatu misi ke Inggris. Minatnya yang besar untuk berziarah ke tanah suci mendorong dia pergi ke Acre, Palestina. Di sini, di bawah bimbingan Pangeran Edward dari Inggris, Teobaldo Visconti menjadi salah seorang anggota kelompok pejuang pembebasan tanah suci dari penguasa kaum muslim.

Setelah kematian Paus Klemens IV pada tahun 1268, takhta suci di Roma mengalami kekosongan kepemimpinan selama tiga tahun. Hal ini disebabkan oleh perpecahan di dalam tubuh Kolegium pada Kardinal dalam dua blok, yakni blok Perancis dan blok Italia, sehingga mereka tidak mampu menyodorkan satu orang calon yang memenangkan mayoritas suara. Akhirnya enam orang kardinal, yang dipilih dari 15 orang kardinal, bertemu di Viterbo, sebuah dusun di Roma Utara, untuk melakukan pemilihan paus yang baru. Pilihan mereka jatuh pada Teobaldo Visconti, yang sedang berada di tanah suci pada bulan September 1271. Setelah menerima berita pengangkatannya sebagai paus, Teobaldo Visconti meninggalkan Palestina menuju Viterbo pada bulan Februari 1272. Lalu pada 19 Maret 1272 ia dinobatkan menjadi paus dengan nama Gregorius X.

Selama masa kepemimpinannya, Gregorius memusatkan perhatiannya pada usaha-usaha pembangunan kembali Kekaisaran Romawi Suci, pembaharuan Gereja, persatuan kembali Gereja-gereja Yunani dan Roma, serta pembebasan Yerusalem dari penguasaan orang-orang Muslim. Bagi dia, Gereja dan negara harus menjalankan tugasnya masing-masing tetapi tetap harus bekerja sama. Ia menilai ketidakadaan pemerintah yang kuat di Jerman semenjak kematian Kaisar Conrad IV pada tahun 1254 sebagai sesuatu yang membahayakan kekaisaran dan Gereja. Karena itu, sepeninggal Kaisar Richard Cornwell pada tahun 1272, Gregorius mendesak pangeran-pangeran Jerman untuk segera memilih seorang kaisar baru. Gregorius sendiri mengancam akan menunjuk dan mengangkat dirinya sebagai kaisar kalau pada pangeran itu gagal memilih seorang kaisar baru yang disegani seluruh rakyat. Akhirnya pada tahun 1273, mereka memilih Rudolf, seorang pangeran dari dinasti Hapsburgs. Paus Gregorius senang karena pilihan itu tepat mengenai Rudolf, seorang pengeran yang diterima oleh seluruh rakyat Jerman.

Gregorius yang menyetujui pengangkatan atas diri Rudolf itu segera mengadakan pertemuan pribadi dengannya pada bulan Oktober 1273 di Lausanne, Swiss. Pada kesempatan pertemuan dengan Paus Gregorius, Rudolf menyatakan ikrarnya untuk mempersembahkan seluruh dirinya bagi kemuliaan Tuhan dan kejayaan Gereja. Restu paus itu segera menghasilkan pengakuan universal atas hak Rudolf untuk menduduki takhta Kekaisaran Romawi Suci.

Konsili akbar di Lyons, Perancis, yang diadakan oleh Gregorius X pada ahun 1274 merupakan suatu prestasi besar dalam kepemimpinan Gregorius. Lebih dari 1500 prelatus Gereja, duta-duta besar dari kerajaan Perancis dan Inggris, dari Byzantium dan dari Khan-Tartar, berkumpul dalam konsili itu. Untuk keberhasilan cita-citanya membebaskan tanah suci Yerusalem dari penguasaan kaum Muslim, Gregorius mengumpulkan dana dari Perancis dan Inggris. Sepersepuluh dari hasil pengumpulan derma itu dikhususkan untuk membangun gereja-gereja, sedangkan sisanya untuk membiayai usaha pembebasan kota suci Yerusalem.

Germanus, Partiarkh Konstantinopel, yang datang bersama sejumlah besar utusan dari Kekaisaran Byzantium, menyatakan kesediaannya untuk bersatu kembali dengan Gereja Roma. Hal ini sangat didukung oleh Michael VIII, Kaisar Byzantium di Konstantinopel. Kesediaan ini sekaligus mengungkapkan kerelaan menerima doktrin Gereja Katolik dan pengakuan terhadap kekuasaan paus di Roma sebagai pengganti Petrus. Gregorius yang percaya penuh pada ketulusan hati delegasi Konstantinopel, dengan gembira menerima kembali mereka dalam pangkuan Gereja Katolik. Dalam Misa Agung penutupan Konsili Lyons di Gereja Santo Yohanes, semua peserta sama-sama mendoakan Credo, pengakuan iman seturut rumusan Gereja Katolik. Bagian credo “Yang berasal dari Bapa dan Putera” (qui a patre filioque prodecit) yang tidak diterima oleh Gereja Yunani, diulangi tiga kali oleh delegasi Yunani.

Sesudah konsili berakhir, Gregorius berangkat ke Lausanne, Milan, Florence dan Arezzo, sampai ia meninggal dunia pada 1276. Namanya ditambahkan pada daftar para martir Roma oleh Paus Benediktus XIV (1740 – 1758) dengan tanggal 10 Januari sebagai hari pestanya.

Sumber: Orang Kudus Sepanjang Tahun

Tidak ada komentar:

Posting Komentar