Senin, 17 Juni 2013

Orang Kudus 17 Juni: St. Gregorius Barbarigo

Santo gregorius barbarigo, uskup & pengaku iman
Gregorius Barbarigo lahir pada tahun 1625 dari sebuah keluarga bangsawan di Venesia, Italia. Banyak kaum kerabatnya berjasa bagi gereja dan tanah airnya. Semasa kecilnya, keluarganya mengungsi ke tempat lain untuk menghindari bahaya wabah pes yang berkecamuk pada waktu itu. Ibunya meninggal dunia ketika ia berusia tujuh tahun. Sepeninggal ibunya di pengungsian itu, Gregorius bersama ayah dan saudara-saudaranya kembali lagi ke Venesia. Di Venesia ia memulai pendidikan dasarnya.

Tatkala berusia 18 tahun (1648), Gregorius melanjutkan studinya ke Jerman atas biaya pemerintah Venesia. Ia berada di sana selama 5 tahun. Setelah menyelesaikan studinya, ia kembali ke Venesia dan mulai meniti karirnya. Selama berada di Jerman, Gregorius bertemu dan berkenalan dengan Kardinal Fabius Chigius, yang kemudian menjadi Paus Aleksander VII (1655 – 1667). Cardinal ini mengenal baik Gregorius sebagai anak asuhannya. Atas pengaruh cardinal, Gregorius kemudian melanjutkan studinya lagi hingga ditahbiskan menjadi imam pada umur 30 tahun.

Sebagai imam baru, ia ditempatkan di Roma. Ia melayani sakramen-sakramen, mengajak agama untuk anak-anak, mengunjungi orang-orang sakit serta menolong dan menghibur orang-orang yang berkesusahan. Kecintaannya kepada umatnya sungguh luar biasa. Hal ini nyata-nyata ditunjukkan tatkala penyakit sampar menimpa banyak orang. Ia menolong dan merawat orang-orang sakit itu tanpa mempedulikan kesehatan dan hidupnya sendiri.

Pada tahun 1657, dalam usia 32 tahun, ia diangkat menjadi uskup di Bergamo. Mulanya ia segan menerima jabatan mulia ini, sehingga dengan rendah hati meminta paus untuk membatalkan kembali penunjukkan itu. Tetapi atas peneguhan paus, Gregorius menerima juga jabatan uskup itu. Tak lama kemudian, pada tahun 1660, ia diangkat menjadi kardinal. Empat tahun kemudian ia diangkat sebagai uskup di Padua hingga ia meninggal dunia.

Sebagai uskup, ia memilih Santo Calorus Boromeus sebagai tokoh pujaannya. Ia mengunjungi semua paroki untuk meneguhkan umat dan imam-imamnya. Untuk meningkatkan semangat iman dan mutu hidup iman umatnya, terlebih dahulu ia membina imam-imamnya. Ia selalu menegaskan pentingnya menghayati imamat sebaik-baiknya. Katanya, “Untuk memperoleh umat yang saleh dan dewasa imannya, perlulah pertama-tama membina imam-imam yang saleh dan suci.” Untuk itu, ia menaruh perhatian istimewa pada pendidikan di seminari-seminari sebagai taman pendidikan imam.

Karena tenaga rohaniwan sangat kurang, maka ia melibatkan juga kaum awam dan guru-guru katolik untuk mengajar agama, baik di sekolah-sekolah maunpun di antara umat. Di seminari ia mewajibkan pelajaran bahasa-bahasa Timur, supaya kelak dapat memperoleh imam-imam yang cakap untuk berkarya di Konstantinopel (Istambul).

Sebagai cardinal, beliau biasanya mengikuti konklaf. Dua kali ia menolak menjadi paus, meskipun rekan-rekannya mendesaknya untuk menduduki Tahkta Santo Petrus. Ia meninggal dunia pada tanggal 15 Juni. Pada tanggal 26 Mei 1960 ia digelari ‘santo’ (kudus) oleh Paus Yohanes XXIII (1958 – 1963).

sumber: Orang Kudus Sepanjang Tahun

Tidak ada komentar:

Posting Komentar