SANTO SIMFORIANUS, MARTIR
Di kota Autun, Perancis, pada masa penjajahan Romawi, setiap
tahun biasanya diselenggarakan perarakan besar untuk menghormati dewi Cybele. Patung
dewi itu diusung mengelilingi kota. Di antara khalayak ramai yang berdiri di
sepanjang jalan kota untuk memberi hormat dan sujud sembah kepada sang dewi
yang lewat, ada juga seorang pemuda tak dikenal yang tetap berdiri tegak dengan
sikap sinis. Ia tidak sudi memberikan sikap hormat dan sujud-sembah seperti
yang dilakukan orang banyak itu. Sikapnya ini menimbulkan pertanyaan dan curiga
dalam hati banyak orang. Yak lama kemudian, ia ditangkap dan dihadapkan ke
pengadilan Prefek kota Autun. Atas pertanyaan Prefek, pemuda itu dengan tegas
menjawab, “Namaku Simforianus. Aku seorang
kristen.”
Pada waktu itu jumlah orang kristen sangat sedikit, sehingga
tidaklah mengherankan kalau prefek itu tidak memahami maksud kata-kata Simforianus
itu. Prefek yang mengira bahwa Simforianus belum mengetahui semua peraturan
kaisar, menyuruh orang membacakan peraturan kaisar mengenai penyembahan kepada
dewi Cibele. Seusai pembacaan itu, Simforianus dengan lantang berkata, “Semua perintah itu sudah aku tahu, tetapi
aku harus lebih menaati perintah Tuhanku Yesus Kristus, Raja segala raja.”
Selanjutnya, untuk menantang sang prefek Simforianus berkata, “Berikan kepadaku sebuah palu, maka aku akan
menghancurkan dewimu itu. Aku mau melihat apakah perbuatanku atas dewimu itu
akan mengakibatkan malapetaka besar atas seluruh rakyat kota ini.”
Perkataan berani itu menyebabkan amarah hebat sang prefek. Simforianus
segera dibelenggu, didera lalu kemudian dipenjarakan. Setelah beberapa hari
mendekam di dalam penjara, ia dikeluarkan dan digiring ke tempat pembunuhan. Penderitaan
hebat yang ditimpakan atas dirinya membuat badannya lemah dan wajahnya pucat
pasi. Namun Simforianus tampak tetap girang dan tetap tegak berdiri. Ketika tiba
di tempat pembunuhan itu, ibunya berseru, “Vita
non tollitur sed mutatur” yang artinya “Hidup tidak dicabut melainkan hanya
diubah.” Simforianus mati dibunuh dengan pedang para algojo kafir. Ia kemudian
dihormati sebagai seorang martir Kristus.
sumber: Orang Kudus Sepanjang Tahun
Tidak ada komentar:
Posting Komentar