Minggu, 03 November 2013

Orang Kudus 3 Novermber: St. Hubertus

SANTO HUBERTUS, PENGAKU IMAN
Dalam buku-buku para kudus terdapat sebuah lukisan yang mengisahkan pengalaman rohani Santo Hubertus. Tergambar seorang pemburu berlutut di hadapan seekor kijang jantan besar yang di antara tanduknya terdapat sebuah salib yang bersinar-sinar. Di bawah lukisan itu tertulis: santo Hubertus.

Putera bangsawan ini lahir di Belgia. Ayahnya bernama Bertrandus, Pangeran Aquitaino, sedangkan ibunya bernama Hugberna. Sejak kecil Hubertus dididik secara kristiani oleh orang tuanya. Namun ia sendiri kurang memperhatikan perkembangan hidup rohaninya. Ia lebih sibuk dengan kegemarannya: berburu kijang di hutan. Banyak waktunya dihabiskan untuk berburu. Bila tiba hari minggu, ia sibuk dengan anjing-anjingnya, menyandang panah dan busur untuk pergi berburu, meskipun kawan-kawannya mengajaknya ke gereja.

Pertobatannya berawal di hutan rimba, tempat ia menguber binatang-binatang buruannya. Hari itu, Hari Jumat Suci. Sepanjang hari itu umat merenungkan sengsara Kristus. Tetapi Hubertus tak tergugah sedikit pun dengan hari raya besar itu. Ia malah menyiapkan anjing-anjingnya, menyandang panah dan busur lalu pergi ke hutan untuk berburu. Tetapi apa yang terjadi? Hari itu hari sial: ia sendirian di hutan yang lebat dan sunyi; seekor kijang pun tak tampak. Sedang menyesali kesialan itu, tiba-tiba tampak seekor kijang jantan besar sedang berdiri menantangnya di antara semak-semak. Tubuh kijang itu kekar dan tanduknya besar. Dengan gesit Hubertus segera mengejar mangsanya, kijang itu berlari hingga letih lalu sekonyong-konyong berdiri menantangnya. Hubertus pun berdiri terpaku sambil melihat kijang itu dengan takut. Ia takut karena pada tanduk kijang itu terdapat sebuah salib yang bersinar-sinar.

Pengalaman ini aneh dan ajaib, mengherankan sekaligus menakutkan Hubertus. Ia semakin takut ketika mendengar kijang itu berkata kepadanya, “Mengapa engkau mengejar Aku? Tidakkah engkau merayakan Hari Jumat Suci? Hidupmu kausia-siakan dengan pekerjaan-pekerjaan yang tidak bernilai.” Mendengar itu Hubertus gemetar ketakutan. Ia lalu berlutut dan berdoa menyesali dosa-dosanya. Semenjak itu ia berjanji membaharui hidupnya dan berniat untuk mengabdi Kristus. Kejadian ini barulah tersiar di kemudian hari setelah ia meninggal dunia.

Sesudah kejadian istimewa itu Hubertus menjadi orang yang baik-baik. Ia memusatkan perhatiannya kepada kehidupan rohaninya dengan lebih banyak berdoa dan bermatiraga. Kemudian ia menjadi rohaniwan yang melayani Uskup Lambertus di Maastricht, Nederland. Melihat cara hidupnya yang saleh, Uskup Lambertus menahbiskan dia menjadi imam dan mengangkatnya menjadi pembantu uskup. Tak lama kemudian Uskup Lambertus, yang lantang menentang tindakan asusila para pejabat istana, dibunuh secara keji. Hubertus-lah yang dipilih menggantikan dia.

Sebagai uskup, Hubertus sangat aktif dalam karyanya. Ia berhasil mempertobatkan banyak orang kafir yang masih menyembah berhala di Pegunungan Ardenne. Ia wafat pada tanggal 30 Mei 727 sementara dalam perjalanan pastoral ke berbagai desa di keuskupannya. Ia diangkat menjadi pelindung para peburu. Mantol yang biasa dikenakannya masih tersimpan di Paris hingga sekarang. Konon, orang yang digigit anjing gila dapat sembuh kalau menyentuh mantol itu.

sumber: Orang Kudus Sepanjang Tahun

Tidak ada komentar:

Posting Komentar