Minggu, 19 Oktober 2014

Orang Kudus 19 Oktober: St. Petrus Alkantara

SANTO PETRUS ALKANTARA, PENGAKU IMAN
Pedro Garavito – demikian nama kecil Santo Petrus Alkantara, lahir pada tahun 1499 di Alkantara, Spanyol, dekat perbatasan Portugal. Ayahnya menjabat sebagai gubernur dan ahli di bidang hukum. Ia cerdas sekali dan semenjak masa mudanya, ia banyak mengalami karunia-karunia Allah yang istimewa. Ia suka berdoa berjam-jam di rumah dan di gereja. Pernah suatu hari ibunya mencari-cari dia di berbagai sudut kota di antara kawan-kawannya, namun tidak menemukannya. Lalu ia pergi ke gereja dan di sana ia menemukan Pedro sedang dalam keadaan ekstase di hadapan Sakramen Mahakudus. Ia bukan seorang pemuda pengkhayal. Ia rajin sekali bekerja. Di sekolah ia dikenal cerdas. Orang tuanya mencita-citakan pangkat duniawi yang tinggi baginya, namun dia sendiri memprotes. “Terserahlah kepada Tuhan. Apakah yang dikehendaki-Nya dari padaku!” katanya.

Ketertarikannya pada cara hidup bakti hanya kepada Tuhan berawal dari pengalamannya di gereja paroki. Di sana ia melihat dua orang biarawan berpakaian jubah kasar berwarna coklat tua tanpa mengenakan alas kaki. Mereka itu biarawan-biarawan dari tarekat Saudara-saudara Dina Fransiskan. Melihat mereka, ia tergugah dan tergerak untuk berbincang-bincang dengan para biarawan dina itu. Sejak itu, tanpa sepengetahuan orang tuanya dan tanpa kembali lagi ke rumah, ia meninggalkan segala-galanya dan secara diam-diam masuk Novisiat Tarekat Saudara-saudara Dina Fransiskan. Tarekat ini menghayati suatu tata tertib hidup yang keras. Baginya, hal itu bukanlah masalah karena hidup yang keras itu justru telah menjadi cita-citanya. Kepadanya dipercayakan tugas berikut: menjaga pintu biara, menjadi koster dan mengerjakan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga biara lainnya. Banyak waktunya dia manfaatkan untuk berdoa. Lama kelamaan ia semakin berkembang dalam kehidupan rohani.

Mulanya ia tidak mau ditahbiskan menjadi iman, namun atas desakan atasannya ia akhirnya mau juga menerima tahbisan imamat itu. Ia kemudian menjadi terang bagi sesamanya dalam hal kebajikan-kebajikan kristiani. Kesungguhannya di dalam melaksanakan tugas-tugasnya sebagai imam serta kesalehan hidupnya membuat dia mampu membimbing banyak orang kembali ke jalan Tuhan. Pada umurnya 39 tahun, ia dipilih rekan-rekannya menjadi Provinsial ordonya. Dalam jabatannya ini, ia mengadakan pembaharuan dalam tarekatnya: para biarawan dibagi-bagi dalam kelompok-kelompok kecil sehingga dapat benar-benar secara pribadi menghayati semangat kesederhaan dan kemiskinan. Mereka tidak bersepatu, pantang daging dan tidak minum anggur. Kewajiban mereka ialah banyak berdoa dan bersamadi. Ia sendiri menjadi teladan dalam pelaksanaan cara hidup demikian. Kepada rekan-rekannya ia berkata, “Kalau kita mau menobatkan orang lain, kita harus terlebih dahulu bertobat. Susahnya ialah bahwa kita sekalian ingin memperbaiki orang lain tanpa pernah berusaha memperbaiki diri sendiri.” Petrus mendukung usaha Santa Theresia dari Avilla dalam usahanya membaharui ordonya. Ia menulis uraian yang mendalam tentang doa dan meditasi yang mengalami 200 kali cetak ulang dan masih terus diterjemahkan hingga sekarang. Karena cara hidupnya dan berbagai karyanya, ia sudah disebut ‘kudus’ oleh Santa Theresia Avilla selagi ia masih hidup. Ia meninggal dunia pada tahun 1562 dalam usia 63 tahun.

sumber: Iman Katolik
Baca juga orang kudus hari ini:
1.      Delapan Martir Kanada
2.      St. Paulus dari Salib

Tidak ada komentar:

Posting Komentar