Senin, 02 Februari 2015

Orang Kudus 2 Februari: St. Theofanus Venard

BEATO THEOFANUS VENARD, MARTIR
Misionaris muda ini dijuluki Martir Gembira, sebab sepanjang kariernya yang penuh bahaya, bahkan sampai akhir hidupnya sebagai martir, ia tetap menghadapi semuanya dengan gembira dan lapang dada. Theofan lahir pada tahun 1829 di Perancis, di sebuah keluarga katolik yang saleh. Semenjak muda ia suka membaca majalah misi, terutama tanah misi di Tiongkok, sebagaimana yang dikisahkan pada majalah itu. Sejak itu, hasrat hatinya untuk menjadi misionaris mulai bersemi.

Suatu hari ia berkata kepada orangtuanya, “Saya juga ingin menjadi misionaris di Tonkin dan menjadi martir Kristus di sana.” Akan tetapi tidak ada yang sanggup menyekolahkannya hingga menjadi seorang imam. Orangtuanya miskin dan tak mampu menyekolahkannya. Tetapi rahmat Tuhan menyertainya. Pastor parokinya rela membantu menyekolahkan dia. Mula-mula ia belajar di pastoran dan kemudian pindah ke seminari. Dan akhirnya pada tahun 1852, dalam usia yang 23 tahun, ia ditahbiskan menjadi imam.

Tiga hari sesudah ditahbiskan, ia bersiap-siap untuk berangkat ke Tonkin (sekarang: Vietnam), Cina sebagai misionaris. Ia tidak sempat lagi bertemu dengan semua orang yang dikasihinya: orangua, sanak saudara dan sahabat kenalannya. Oleh karena itu ia menulis surat perpisahan kepada mereka dari Paris. Lebih dari setahun ia berada di Hongkong untuk mempelajari bahasa setempat. Dari Hongkong ia secara gelap menyusup ke Tonkin, karena penguasa setempat tidak memperkenankan orang-orang asing termasuk para misionaris berkarya di sana, meskipun jumlah umat katolik sudah cukup banyak. Dalam keadaan itu, tindakan nekad Theofan sungguh berbahaya bagi dirinya.

Namun ia sendiri merasa tidak ada masalah dan tetap bergembira. Kepada seorang sahabat ia menulis: Hiduplah kegembiraan! Tentu engkau tahu semboyan Santa Theresia, apa saja yang terjadi atas dirimu, janganlah bersusah hati, janganlah takut dan gelisah; pada akhirnya segala sesuatu akan lenyap, dan hanya Tuhanlah yang tetap.

Tujuh tahun lamanya Theofan bekerja di Tonkin secara sembunyi-sembunyi. Ia melayani umat dengan sakramen-sakramen, mengajarkan agama dan meneguhkan hati mereka. Waktu-waktu luangnya ia manfaatkan untuk menyalin seluruh perjanjian baru ke dalam bahasa Annam. Lama kelamaan kehadirannya di sana diketahui juga. Oleh laporan seorang yang mengetahui dengan baik kegiatan-kegiatannya, ia ditangkap dan dipenjarakan pada 30 November 1860. Kepada seorang adiknya di Perancis ia masih sempat menulis beberapa surat. Surat-surat itu diawalinya dengan kata-kata: “Dari kurungan saja saya menulis surat kepadamu”, karena memang ia dipenjarakan di dalam sebuah sel yang berterali besi dan dijaga ketat siang dan malam. Dari surat-suratnya terbaca jelas wataknya yang tetap riang gembira. Dua bulan lebih ia tinggal di dalam sel itu. Katanya dalam sebuah surat: “mungkin kepalaku akan dipenggal oleh penguasa kafir yang lalim dan dengan demikian tamatlah riwayat hidupku. Namun kematian itu sungguh merupakan suatu peristiwa iman yang membahagiakan sekali hatiku. Kematian yang kurindukan sejak dahulu karena olehnya akan akan pindah ke dalam kehidupan abadi bersama Tuhan.”

Pada tanggal 2 Februari 1861 ia dipenggal kepalanya karena iman akan Kristus dan kecintaannya yang luar biasa pada umatnya. Sewaktu dihantarkan ke panggung tempat ia disiksa, ia menyanyikan mazmur-mazmur dan lagu-lagu rohani.

sumber: Iman Katolik
Baca juga riwayat orang kudus 2 Februari:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar