Rabu, 15 April 2015

Orang Kudus 15 April: St. Damian de Veuster

SANT0 DAMIAN DE VEUSTER, IMAM
Pater Damian adalah seorang misionaris Belgia di Pulau Molokai, Hawai. Ia dihormati sebagai “rasul para penderita kusta”, karena keberaniannya melayani para penderita kusta. Ia lahir pada 3 Januari 1840 di Tremeloo, Belgia, dan diberi nama Yosef de Veuster. Sebagai anak seorang pedagang kaya raya, Yosef dididik untuk menjadi pedagang seperti ayahnya. Setelah menyelesaikan pendidikannya di Wechter dan pendidikan praktis di perkebunan keluarga di Ninde, ia dikirim ke sebuah Kolese di Braine le a Comte, Belgia, untuk memahirkan ketrampilannya di bidang perdagangan.
Meski demikian, selama berada di sana pada tahun 1858, ia memutuskan untuk menjadi imam. Orang tuanya mengabulkan permohonannya untuk memasuki Kongregasi Imam-imam Hati Kudus Yesus dan Maria (SSCC), kongregasi saudara kandungnya August. Pada bulan Januari 1859, Yosef masuk novisiat dari serikat itu di Louvain, Belgia. Ia mengucapkan kaulnya pada 7 Oktober 1860 di rumah induk biara di Paris dan menerima nama biara: Damian.
Semula ia hanya akan diterima sebagai bruder saja. tetapi atas dorongan kakaknya August, yang sudah menjadi imam dalam serikat itu, Damian terus belajar bahasa Latin dan Yunani serta tekun belajar ilmu-ilmu lainnya. Ketekunannya meyakinkan atasan, sehingga ia diizinkan belajar filsafat di Paris dan kemudian kembali ke Louvain untuk belajar teologi.
Sementara Damian belajar, kakaknya yang segera berangkat ke kepulauan Hawai terserang penyakit tipus. Lalu Damian meminta untuk menggantikannya walaupun ia belum ditahbiskan menjadi imam. Pemimpin tertinggi serikat itu mengabulkan permohonannya dan pada 29 Oktober 1863, ia berangat ke Hawai. Ia tiba di sana pada bulan Maret 1864, dan pada 21 Mei 1864 ia ditahbiskan menjadi imam di Gereja Katedral Bunda Perdamaian di Honolulu, Hawai. Sebagai imam baru, Damian ditugaskan untuk melayani umat di stasi Puna, Kohala dan Hamakua selama beberapa tahun.
Selama bertugas di sana, perhatiannya lebih diarahkan kepada kondisi para penderita kusta yang ditempatkan di perkampungan Kalaupapa di Pualu Molokai. Di daerah koloni itu tidak ada seorang dokter dan imam yang tinggal menetap untuk melayani para penderita kusta itu. Karena itu, Pater Damian mengajukan permohonan kepada uskup untuk menjadi misionaris untuk para penderita kusta di Molokai itu. Untuk itu, ia mempersiapkan diri secukupnya dalam hal ketrampilan merawat orang sakit, mulai dari membalut luka sampai memotong anggota badan yang membusuk.
Pater damian tiba di perkampungan kusta itu pada 10 Mei 1873. Di sana ia giat mewartakan Injil dan mengajar agama, menghibur dan merawat orang-orang kusta bahkan menguburkan mereka. Ia merintis pembangunan jalan raya, pipa air, rumah yatim piatu dan gereja-gereja. Ia berkarya di sana dengan bantuan dua orang awam, juga satu kelompok suster-suster Fransiskan dari Syracuse, New York.
Meski menyala-nyala semangat pengabdiannya, namun penyakit kusta itu mulai perlahan-lahan menjangkitinya pada tahun 1888, hingga merengut nyawanya sendiri pada 15 April 1889. Kurang lebih satu abad kemudian, yaitu pada tahun 1936, jenazah Pater Damian dipindahkan dari kuburnya di Molokai ke tanah airnya Belgia dan disemayamkan di pekuburan nasional St. Yosef di Louvain. Untuk menghormatinya, maka didirikanlah sebuah monument di Pulau Molokai, dan sebuah institut untuk mempelajari penyakit kusta.
Pada 4 Juni 1995, Paus Yohanes Paulus II memberi gelar “beato” kepada Pater Damian. Dan oleh Paus Benediktus XVI, Pater Damian dikanonisasi pada 11 Oktober 2009.
sumber: Iman Katolik
Baca juga riwayat orang kudus 15 April:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar