Rabu, 29 April 2015

Orang Kudus 29 April: St. Petrus Verona

SANTO PETRUS DARI VERONA, MARTIR
Petrus lahir di Verona, Italia, pada tahun 1205. Ia mendapat pendidikan di sekolah katolik, padahal keluarganya menganut faham Katarisme. Faham Katarisme mengajarkan bahwa segala sesuatu yang bersifat kebendaan (materi) adalah buruk dan jahat, oleh karena itu bukan ciptaan Allah yang Mahabaik. Bumi dan segala isinya yang bersifat kebendaan bukan ciptaan ALLAH.
Ajaran Katarisme ini bertentangan sekali dengan ajaran iman katolik yang diperoleh Petrus di sekolahnya. Di sekolah ia diajarkan tentang pengakuan Iman Para Rasul (Credo) yang antara lain berbunyi, “Aku percaya akan Allah Bapa yang Mahakuasa, Pencipta langit dan bumi.” Ajaran iman katolik ini lebih berkesan di hatinya. Kepada keluarganya ia berkata, “Pengetahuanku tentang rahasia-rahasia iman katolik sangatlah jelas dan dalam, dan keyakinanku akan kebenaran-kebanaran itu sungguh kokoh, sehingga bagiku semuanya itu lebih merupakan sesuatu yang tampak di mataku daripada yang diimani belaka.”
Setelah menanjak dewasa, Petrus masuk biara Dominikan. Di sana ia menerima pakaian biara dari tangan Santo Dominikus sendiri. Setelah menempuh pendidikan hidup membiara, ia ditahbiskan menjadi imam. Sebagai imam baru, ia ditugaskan berkotbah di seluruh wilayah Lombardia tentang ajaran iman yang benar. Hal ini menimbulkan kemarahan dan kebencian para penganut Katarisme. Para pengikut aliran sesat itu menyerangnya dengan berbagai tuduhan palsu.
Tanpa menyelidiki secara mendalam benar-tidaknya ajaran yang disebarkan Petrus dalam kotbah-kotbahnya, para pembesar masyarakat menegur dan mengecamnya. Menghadapi kecaman-kecaman itu, Petrus tetap bersemangat menjalankan tugasnya sebagai pengkotbah dan terus berdoa meminta kepada Tuhan agar kiranya ia dapat mati untuk Tuhan, sebagaimana telah diteladankan Yesus dengan mati di salib demi keselamatan manusia, termasuk dirinya. Ia selalu berkata, “Biarkanlah mereka melakukan apa saja atas diriku sesuai rencana mereka. Aku tetap bergembira dan bersemangat karena dengan mati aku akan lebih berpengaruh daripada sekarang.”
Doa-doanya untuk mati dalam nama Tuhan terkabulkan, ketika ia dibunuh oleh dua orang Kataris sementara menjalankan tugasnya sebagai pengajar agama. Tetapi justru kematiannya ini membawa banyak berkat bagi orang-orang Kataris. Segera setelah peristiwa pembunuhan atas dirinya, seorang dari pembunuh itu bertobat dan masuk biara Dominikan.
sumber: Iman Katolik
Baca juga riwayat orang kudus 29 April:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar