Sabtu, 20 Februari 2016

Paus Fransiskus: Jangan Takut Mengaku Dosa

TAK PERLU TAKUT & MALU MENGAKU DOSA
Masa Prapaskah merupakan masa tobat. Pada masa ini umat katolik diajak untuk bertobat dan melakukan silih atas dosa-dosanya, meski pertobatan selalu terbuka juga di luar masa Prapaskah. Tentu tak bisa disangkal setiap orang pasti punya dosa dan kesalahan. Para santo dan santa sekalipun tak luput dari dosa. Karena itu, sangat disayangkan jika undangan pertobatan di masa Prapaskah ini diabaikan begitu saja.
Akan tetapi, masih saja ada umat yang menolak undangan tersebut. Ada banyak alasan penolakan itu. Umumnya mereka menolak karena takut dan malu.
Paus Fransiskus, di hadapan ribuan orang yang berkumpul di Lapangan Santo Petrus untuk Doa Angelus pada 2 Agustus lalu, pernah mengatakan bahwa umat tidak perlu takut mengaku dosa. Orang yang takut mengaku dosa lupa bahwa yang dihadapi di ruang pengakuan adalah Bapa penyayang, bukan hakim yang parah. Orang harus percaya pada belas kasih Allah yang tak terbatas.
Selain itu, Paus Fransiskus juga menyinggung soal rasa malu saat mengaku dosa. “Ketika kita pergi ke ruang pengakuan, kita merasa sedikit malu. Itu terjadi kepada kita semua, tetapi kita harus ingat bahwa rasa malu ini adalah anugerah yang mempersiapkan kita untuk berada dalam pelukan Bapa yang selalu mengampuni dan selalu mengampuni segalanya.”
Jadi, bagi Bapa Paus rasa malu itu merupakan hal wajar, yang harus disyukuri. Jangan menjadikan rasa malu sebagai penghambat kaki untuk melangkah ke ruang pengakuan dan penghambat mulut untuk mengungkapkan dosa dan kesalahan kita. Justru dengan rasa malu itu hendaknya kita semakin berani untuk mengaku dosa, karena di balik semua itu ada rahmat pengampunan dari Bapa.
Dalam pidato utamanya, Paus Fransiskus berkomentar mengenai bacaan Injil hari itu dari Rasul Yohanes, yang menceritakan bagaimana orang banyak mengikuti Yesus setelah mukjizat penggandaan roti dan ikan. Orang-orang mengikuti Yesus karena dikenyangkan dengan roti. “Mereka memberi nilai lebih untuk roti daripada pemberi,” kata Paus Fransiskus. “Mereka tidak mengerti bahwa roti itu, yang dipecah-pecahkan bagi banyak orang adalah ekspresi dari kasih Yesus.”
Dengan memberi makan kepada orang banyak, Tuhan Yesus ingin menuntun orang kepada Bapa dan menghilangkan rasa “kekhawatiran akan makanan sehari-hari, pakaian, kebersihan atau karir.” Tindakan Yesus menjadi semacam batu loncatan supaya orang dapat sampai kepada Bapa. Jadi, jangan hanya puas dengan apa yang di depan mata. Paus Fransiskus berkata, “Yesus mengingatkan kita bahwa arti sebenarnya dari keberadaan kita di dunia adalah akhir – kekal – berjumpa dengan Dia, rahmat dan berkat.”
Berangkat dari pidato utama Bapa Paus ini, kita dapat menerapkannya dalam pengakuan dosa. Kebanyakan rasa takut dan malu untuk mengaku dosa karena disebabkan pribadi imam yang sudah dikenal. Karena kenal siapa imamnya, banyak umat jadi takut dan malu pergi ke ruang pengakuan. Seperti nasehat Paus Fransiskus di atas, hendaknya umat jangan hanya melihat siapa imamnya saat itu, melainkan siapa yang ada di balik imam itu.
Umat harus melihat dengan mata iman bahwa di balik diri imam itu hadir Bapa yang penuh belas kasih dan penyayang. Pengampunan bukan berasal dari pribadi imam, melainkan dari Bapa Maharahim.
by: adrian, diolah dari UCAN Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar